Minggu, 30 September 2012

Ada satu pertanyaan yang mengelitik…
Mengapa Nabi Ibrahim, memilih Makkah sebagai tempat berdirinya Ka’bah ?
Akan ada banyak jawaban…
Namun jawaban yang paling umum adalah, Kota Makkah adalah tempat awal peradaban manusia, sehingga disebut juga Ummul Qura atau Ibu Negeri (QS.42:7). Dan disanalah mula-mula tempat peribadatan didirikan (QS.3:96).

Makkah—juga disebut Bakkah—tempat di mana umat Islam melaksanakan haji itu, terbukti sebagai tempat yang pertama diciptakan.

Telah menjadi kenyataan ilmiah bahwa bola bumi ini pada mulanya tenggelam di dalam air (samudera yang sangat luas). Kemudian gunung api di dasar samudera ini meletus dengan keras dan mengirimkan lava dan magma dalam jumlah besar yang membentuk ‘bukit’.

Dan bukit ini adalah tempat Allah memerintahkan untuk menjadikannya lantai dari Ka’bah (kiblat). Batu basal Makkah dibuktikan oleh suatu studi ilmiah sebagai batu paling purba di bumi.
Jawaban atas alasan dipilihnya kota Makkah, sebagaimana tersebut di atas, bagi seorang Pencari Ilmu belumlah cukup. Dan muncul pertanyaan baru…
Darimana Nabi Ibrahim tahu, kalau tempat ia membangun Ka’bah dulunya adalah tempat awal peradaban manusia ? Bukankah ketika beliau mendirikan Ka’bah, tempat itu merupakan tempat tak bertuan dan gersang ?

Bahkan selepas Bencana Nabi Nuh, Kota Makkah (Bakkah) sempat menghilang keberadaannya. Tempat yang dipercaya sebagai lokasi paling tepat bagi waktu dunia, bahkan berdasarkan penelitian Geologi merupakan Pusat Hemisphere Pangea, selama ribuan tahun tidak diketahui rimbanya.

Sekitar 30 tahun yang lalu, seorang Cendikiawan Muslim, Ustadz Nazwar Syamsu mencoba menjawab pertayaan itu.

Melalui serial bukunya “Tauhid dan Logika“, beliau menyatakan penemuan kembali Kota Makkah, tidaklah bisa dilepaskan dengan keberadaan Batu Astronomi (Meteor) “Hajar Aswad”.
Beliau menulis…
“Kepada Ibrahim dikirim ALLAH sebuah meteor yang jatuh tepat di titik putaran utara Bumi dulu. Meteor itu kini tampak jelas di Ka’bah dan dinamakan orang dengan Hajar Aswad atau Batu Hitam, karena memang warnanya hitam, sengaja ditempatkan Nabi Ibrahim demikian, agar pada waktu kemudiannya tidak timbul syak wasangka, bahwa penempatan Ka’bah demikian hanya menurut kemauan Ibrahim sendiri.” (Sumber : Al Qur’an tentang Shalat Puasa dan Waktu, Serial Tauhid dan Logika, Tulisan Nazwar Syamsu)
Untuk dipahami, mencium Batu Hajar Aswad, bukan saja mengikuti Sunnah Rasulullah, akan tetapi bisa juga kita maknai, sebagai bentuk rasa syukur kita, atas ditemukan kembali keberadaan Kota Makkah, oleh Nabi Ibrahim ‘Alahi Salam.
WaLlahu a’lamu bishshawab

DATA
angka membuktikan bahwa Quran tidak berubah dan diselewengkan. Beberapa orang percaya bahwa Quran, yang ada di tangan kita hari ini tidak lengkap dan mengandung sejumlah besar ayat-ayat yang disembunyikan. Dapatkah bahasa angka untuk membuktikan keyakinan yang keliru ini?




Beberapa menyatakan bahwa Quran Utsmani, semoga Allah meridhainya bahwa Ia telah membakar banyak ayat Al Quran ketika dia mengumpulkan Al Qur’an. Mereka mengatakan; Utsman telah membakar segala sesuatu yang tidak sesuai dengan ide-ide dan pendapatnya.



Dan oleh karena itu Al Quran kehilangan banyak Firman Tuhan, Apakah pandangan ini benar? Bisakah angka-angka membuktikan bahwa Qur'an sesuai keasliannya dan lengkap seperti diungkapkan oleh Allah, tanpa penambahan dan pengurangan?



Pada artikel ini kita tidak akan menggunakan retorika, tapi kita akan menggunakan bahasa angka-angka yang akan menjawab bagi siapapun yang menolak atau meragukannya. Anggapan bahwa Al Qur’an telah diselewengkan dan dikurangi berarti akan merubah jumlah angka-angka yang akan dibuktikan.



Jika kami menemukan bahwa jumlah ayat, surat dan kata-kata sesuai dengan perhitungan yang detail, hal itu menunjukkan bahwa Quran adalah lengkap, seperti yang dijelaskan oleh Allah. Allah berfirman: (Tidak terdapat kesalahan di depan maupun dibelakang. Ia diturunkan oleh Dzat yang maha perkasa lagi bijaksana (Fushshilat: 42). Ini adalah bukti firman Allah:


“Kamilah yang menurunkan Al Qur’an dan kamilah yang menjaganya” (Al Hadid: 9)



Apa yang cocok untuk urutan angka keajaiban ini?



Tujuh (7) adalah angka yang memiliki nilai tersendiri dalam Al Qur’an. Ia disebut sebagai As Sab’u Al Masani (tujuh ayat yang senantiasa di ulang-ulang sepanjang zaman) dialah al Fatihah. Thawaf di Kabah juga dilaksanakan tujuh kali putaran. Sujud, juga harus bersentuhan tujuh anggota badan, setiap atom dari atom-atom alam semesta terdiri dari tujuh lapisan.



Tanah dimana kita hidup terdiri dari tujuh lapisan, langit diatas kita juga terdiri dari tujuh tingkat, bilangan hari juga ada tujuh hari, dan masih banyak lagi misteri tentang bilangan tujuh.
Dalam sebuah ayat: (dan kemudian berbalik ke langit dan membuat mereka tujuh langit, dan Dia maha mengetahui atas segala sesuatu [Al-Baqarah: 29].

Saudara saya ajak untuk merenungkan angka tujuh. Angka ini punya kaitan dengan keajaiban Al Qur’an. Dan menunjukkan Al Qur’an adalah mukjizat terbesar. Ia tidak di tambah dan tidak di kurangi, baik ayat maupun hurufnya.



Kita semua tahu bahwa jumlah ayat-ayat Al-Qur'an adalah Surah 114, dan jumlah ayat-ayat Al-Qur'an adalah ayat 6.236. Dan tentu saja bergantung pada Al-Quran yang ada di tangan kami, sebuah Quran Madinah. Turunnya Al Quran adalah 23 tahun.



Apa kaitannya angka tujuh dengan angka-angka diatas?



"Allah menurunkan Al-Qur'an 114 surat dalam 23 tahun. Angka yang dihasilkan dari deretan 23 dan 114 = 23.114 jumlah ini merupakan kelipatan dari tujuh (7) di kedua arah.


  • Ketika kita membaca angka dari kiri ke kanan adalah 23.114 = 7 × 3.302

  • Ketika kita membaca nomor dari kanan ke kiri adalah 41.132 = 7 × 5.876



Dalam penemuan selanjutnya: "Allah menurunkan ayat-ayat Alquran 6.236 dalam 23 tahun.



Angka 23, 6.236 dan output dari deretan angka-angka ini adalah 236.236 yang merupakan kelipatan tujuh di kedua arah juga.


  • Ketika kita membaca angka dari kiri ke kanan adalah 236.236 = 7 × 33.748

  • Ketika kita membaca nomor dari kanan ke kiri adalah 632.632 = 7 × 90.376



Oke, kita lanjutkan: bahwa Allah menurunkan Al Qur’an 6.236 ayat dan ditempatkan di 114 surat.




Gabungan dari 6.236 ayat dan 114 surat adalah 1.146.236, sejumlah tempat yang terdiri dari tujuh merupakan kelipatan dari tujuh di kedua arah.


  • Ketika kita membaca angka dari kiri ke kanan adalah 1146236 = 7 × 163.748

  • Ketika kita membaca nomor dari kanan ke kiri adalah 6326411 = 7 × 903.773


Dari beberapa data yang saya tulis, dengan bukti yang jelas, apakah Anda masih ragu kalau Al Qur’an adalah bukan mukjizat Nabi Muhammad atau Al Qur’an pernah ditambah atau dikurangi?


Kita semua tahu bahwa ayat pertama dalam Alquran adalah (بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ) dan ayat terakhir dalam Quran adalah (مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ), dari dua ayat ini kita akan mengetahui bahwa setiap huruf dari al Qur’an tidak ada tambahan dan pengurangan. Ini menunjukkan bahwa Al Qur’an dari awal sampai akhir adalah asli dan benar.



بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ




Kalau di angkakan, kalimat bismillah… adalah sejumlah 6 (بسم), 3 (الله) ,4 (الرحمن), 6 (الرحيم) , kita dihadapkan dengan nomor: 6.643 dan jumlah ini merupakan kelipatan dari tujuh adalah sama dengan:



6.643 = 7 × 949




Tapi apakah ini suatu kebetulan dan bagaimana untuk memastikan itu bukan suatu kebetulan?


Jawabannya adalah bahwa kita beralih ke ayat lain dalam Alquran, dan menulis bahasa kata-kata:


مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
(minal jinnati wannas)




Tetapi kalau diangkakan, ayat terakhir surat An Nas ini sebagai berikut: 5 1 5 2 atau 5.152 merupakan kelipatan dari tujuh juga, di mana kita dapat mengatakan:



5.152 = 7 × 736



Perhatikan, ayat pertama dan ayat terakhir dari Al Qur’an sama. Subhanallah!



Tapi apakah aturan ini berlaku untuk kata pertama dan kata terakhir dalam Quran?




Kata pertama dalam Quran adalah (بسم) telah diulang dalam Al-Qur'an 22 kali, dan kata terakhir dalam Al-Quran adalah (الناس), telah diulang dalam Al-Quran 241 kali, kata-kata ini dalam angka sebagai berikut: 241 22 dan adalah membentuk untuk memiliki sejumlah 24.122 kelipatan dari tujuh, yaitu:



24.122 = 7 × 3.446



Sesuai Asbabun Nuzul, kata pertama dalam yang turun adalah اقرأ dan kata terakhir (لا يظلمون) yang berarti: (Dan takutlah kalian akan hari ketika kalian akan di kembalikan kepada Allah dan kemudian setiap jiwa akan wafat dan mereka tidak akan dirugikan) [Al-Baqarah: 281].




Dan ketika mencari kata (اقرأ), kita menemukan itu diulang 3 kali dalam Quran, tetapi firman (يظلمون) terulang 15 kali. Kita menemukan angka-angka yang bahasa kata pertama diulang 15 kali dan kedua 3 kali dan jumlah yang dihasilkan deretan angka-angka ini adalah 315 merupakan kelipatan dari tujuh sebagai berikut:



315 = 7 × 45



Akhirnya, pertama Surah dalam Al-Quran diberi nomor 1 dan Surah terakhir diberi nomor 114, dalam rangka untuk memastikan bahwa tidak ada lebih dan tidak kurang, kita menemukan referensi numerik dalam dua angka 1 dan 114, ketika kita gabungkan, kita mendapatkan nomor baru adalah 114-1 merupakan kelipatan dari angka tujuh juga:



1141 = 7 × 163




لا يأتيه الباطل من بين يديه ولا من خلفه تنزيل من حكيم حميد



(tidak pernah datang dalam Al Qur’an suatu kebatilan, baik dari arah depan maupun belakang. Diturunkan oleh Dzat yang Maha bijaksana lagi Maha terpuji)

والله أعلم بالصواب (wallahu'alam)
“Belanda telah meninggalkan ISDV (KOMUNIS) dan Liberalis illuminati (illuminati freemasonry yang hingga sekarang telah melekat di sebagian masyarakat sehingga kedua faham tsb menimbulkan hambatan kemajuan bangsa bahkan menimbulkan perpecahan antara kedua kelompok tsb mendidik menjadi bangsa biadab saling memusnahkan”.

Sepenggal kalimat di atas adalah kutipan dari tulisan kang Ucep Jamhari, sebagai fenomena telah hadirnya “DAJJAL” yg hidup serumah bersama kita, dalam Alqur’an, apa yg disebut “YA’JUJ & MA’JUJ” atau “GOG & MAGOG” dlm Bible mempunyai makna “AGRESOR DARI UTARA” yakni “BLOK UNI SOVIET” vs “BLOK AMERIKA SERIKAT”, Uni Soviet mewakili golongan “ATHEIS”, sedang Amerika Serikat mewakili golongan “THEIS”, kedua blok ini dalam Alqur’an disimbolisasikan dg nama “DZULQARNAIN” bermakna “YANG BERTANDUK DUA”, simbol sejarah peradaban manusia yg selalu saling berhadapan, khususnya “PERADABAN RENAINSANCE” yg dibidani oleh “ILMUWAN VICTORIAN” ,dimana mayoritas ilmuwan ini adalah “YAHUDI AZKENAZHI”, dalam Surat Al Kahfi ayat 83 dikatakan : Dan mereka bertanya kepadamu tentang “DZULQARNAIN (YG DUA GOLONGAN). Katakanlah : “Akan aku ‘ANALISAKAN’ atasmu pemikiran tentangnya” (cermati juga ayat 14/4, 17/3, 76/3).

Berikut ini analisa ttg dua golongan tsb : Hingga ketika dia (Peradaban Renaisance) sampai di arah “SURYA TERBENAM (yakni Benua Amerika), dia mendapatinya terbenam di “PANCARAN LAHAR (yakni Tuamoto, kawasan Dangerous Islands)” dan mendapatinya suatu kaum (yakni Indian). Kami katakan : “Hai Dzulqarnain, apakah akan engkau siksa ataukah engkau adakan kebaikan kepada mereka ?” (18/86, jo 3/96, 11/41, 71/14). Dia berkata : Adapun yg dzalim akan kami siksa dia, kemudian dikembalikan kepada Tuhannya lalu Dia menyiksanya dengan kemurkaan (18/87, jo 4/135, 5/195, 87/12, terbukti dalam sejarah bagaimana orang2 Eropa memperlakukan bangsa Indian). Selanjutkan pada ayat 18/90 dikisahkan : Hingga ketika dia (Peradaban Renaisance) sampai di arah “SURYA TERBIT (yakni Jepang)”, dia mendapatinya terbit atas kaum yg tidak Kami jadikan bagi mereka pujaan selain Dia (maksudnya kaum yg menyembah Matahari), jo 25/62, 39/5, 41/37. Dan di kawasan Asia Pasifik inilah “YA’JUJ vs MA’JUJ” berebut pengaruh yg dikenal dengan “ERA PERANG DINGIN” hingga terbentuknya blok ketiga yakni “GOLONGAN NON BLOK” yg diprakarsai oleh “PRESIDEN SOEKARNO”, peristiwa ini diabadikan dalam Alqur’an pada surat yg berisi tentang para pemuda yg melakukan perlawanan terhadap “PENGUASA LALIM”, mereka adalah para “PEMUDA KAHFI”, marilah kita cermati ayat2 tentang “GERAKAN NON BLOK” berikut ini : “ Hingga ketika dia sampai pada antara “DUA IDEOLOGY (kawasan Asia Pasifik yg jadi ajang perebutan pengaruh Blok Barat dan Timur)”, dia dapati selain keduanya suatu kaum yg hampir tidak memahami perkataan ( karena kaum ini mempunyai ideology sendiri, kaum ini tergabung dalam “GERAKAN NON BLOK”), 18/93 jo 4/78, 33/72, 53/30. Mereka katakan (Seruan Gerakan Non Blok dg juru bicaranya “PEMUDA SOEKARNO”) : “Hai Dzulqarnain (seluruh peradaban manusia), bahwa “YA’JUJ” dan “MA’JUJ” berbuat kerusakan di Bumi (Blok Barat dan Timur bertindak atas kepentingan para pengusaha “INDUSTRI PERANG”), apakah akan kami jadikan balasan bagimu agar engkau jadikan “SUATU IDEOLOGY” antara kami dan mereka (Presiden Soekarno sbg juru bicara gerakan non blok menawarkan “IDEOLOGY ALTERNATIF” yaitu “PANCASILA” dihadapan Sidang Umum PBB), 18/94 jo 21/96, 23/31, 36/9. Akan tetapi kenyataan yg terjadi justru kebalikan dari apa2 yg dicita-citakan gerakan non blok, kedua blok justru berlomba dalam mengembangkan senjata pemusnah masal. Pada ayat 18/95 dikatakan : “Dia berkata (Blok Barat) : “Tidaklah Tuhanku menempatkan aku ada kebaikan padanya (Blok Barat merasa menjadi “BANGSA PILIHAN TUHAN”), maka tolonglah aku dengan “KEKUATAN (BOM NUKLIR)”, akan aku jadikan batasan antara kamu dan mereka (dengan kekuatan “SENJATA PAMUNGKAS” ini mereka mempunyai hak2 istimewa dg “HAK VETO”, mereka kebal hukum walau melanggar konvensi internasional, mereka bagaikan berada didalam tembok tebal yg sulit ditembus), jo 2/106, 2/269, 76/9. Sementara pada ayat 18/96 diuraikan tentang cara-cara membuat bom nuklir : “Berilah aku kandungan ‘KEKUATAN BESI’ (yakni magnet dalam electricity), hingga ketika dia menyamakan antara dua pool magnet (anoda dan katoda), dia katakan : “TIUPKANLAH”. Hingga ketika dia menjadikannya bara api, dia katakan : “Berilah aku logam (uranium atau materi lain untuk energy atom), akan aku curahkan atasnya (dengan membangun instalasi “REAKTOR NUKLIR”), jo 33/36, 56/71.

Tapi kita tak perlu khawatir karena Allah menjamin kedamaian melalui senjata pamungkas ini, monggo kita cermati Firman Allah berikut ini : MEREKA TIDAK SEMPAT MELAMPAUINYA DAN TIDAK SANGGUP SEWENANG-WENANG PADANYA (18/97 jo 15/14, 30/36, 43/13), negera-negara pemilik senjata pamungkas ini tidak berani melampaui wewenang atas kepemilikan atas senjata ini, dan juga tidak berani bertindak sewenang-wenang dalam penggunaannya atas negara lain, karena efek kemusnahannya yg begitu massif bagi kedua belah pihak yg bertikai, hingga negara2 seluruh dunia bersepakat menandatangani traktat proliferasi nuklir dalam rangka membatasi penyebaran senjata pamungkas ini, tapi hebatnya hanya negara kecil “ISRAEL” yg tidak bersedia menandatangani traktat tsb, bagaimanakah menurut sampeyan2 nasib si Israel ini dimasa depan ?

"Bersegeralah kalian beramal sebelum datangnya enam perkara: terbitnya matahari dari arah barat, datangnya asap, munculnya Dajjal, keluarnya ad-Dabbah (binatang yang dapat berbicara), kematian atau datangnya hari kiamat yang merata". (HR. Muslim dalam al-Fitan wa Asyrathu as-Sa’ah).

TANDA-tanda kiamat kubra berikutnya adalah munculnya asap. Kepastian munculnya asap ini telah diperkuat oleh beberapa hadits dan peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Allah Swt berfirman: “Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata, yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih.” (Q.S Ad-Dukhan: 10-11)

Ayat ini merupakan ancaman kepada kaum musyrikin Quraisy khususnya dan orang-orang kafir umumnya bahwa Allah subhabahu wa Ta’ala akan menurunkan adzab kepada mereka berupa asap yang akan menutupi mereka seluruhnya.

Para ahli tafsir berselisih pendapat tentang asap di dalam ayat tersebut, apakah yang akhirnya menimpa kaum Quraisy ketika itu berupa panas dan kemarau panjang serta kelaparan? atau asap yang akan datang sebagai tanda hari kiamat yang besar yang disebutkan dalam hadits-hadits yang shahih?

Di antara mereka yang berpendapat dengan pendapat pertama adalah Ibnu Mas’ud r.a. Ketika ada seorang dari negri Kindah menyatakan tentang asap yang akan datang pada hari kiamat yang akan memekakan telinga-telinga kaum munafiqin dan membutakan mata-mata mereka, beliau marah sambil berkata:

“Barangsiapa yang memiliki ilmu maka katakanlah! Dan barangsiapa yang tidak memiliki ilmu maka katakanlah: ‘Allahu a’lam!” Karena sesungguhnya termasuk ilmu adalah ucapan orang pada apa yang dia tidak tahu: “aku tidak tahu”. Sesungguhnya Allah telah mengatakan kepada nabi-Nya: ((“Katakanlah (hai Muhammad): “Aku tidak meminta upah sedikit pun kepada kalian dakwahku; dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan (memaksakan diri”)).

Kemudian Ibnu Mas’ud berkata: “Sesungguhnya kaum Quraisy tidak mau menerima Islam, kemudian Rasulullah Saw mendoakan atas mereka: Ya Allah tolonglah aku untuk mengalahkan mereka dengan kelaparan seperti yang terjadi pada zaman nabi Yusuf. (HR. Bukhari dalam Kitab Tafsir dan Muslim dalam Shifatul Qiyaamah).

Maka terjadilah kemarau panjang dan kelaparan, hingga sebagian mereka binasa dan sebagian lainnya memakan bangkai-bangkai dan tulang-tulang. Ketika itu setiap orang melihat seakan-akan di antara langit dan bumi ada asap. (Atsar riwayat ad-Darimi juz 1/62; Ibnu Abdil Barr dalam Jami’ Bayaanil Ilmi, juz 2/51; Baihaqi dalam al-Madkhal no. 797; al-Khathib al-Baghdadi dalam al-Faqiih wal Mutafaqih; melalui nukilan Hilyatul Alimi al-Mu’allim, hal. 59)

Pendapat Ibnu Mas’ud ini sesuai dengan konteks ayat di atas yang mengancam kaum Musyrikin Quraisy. Namun demikian, tidak menafikan ancaman umum kepada seluruh orang-orang kafir dan musyrikin dengan asap yang turun menjelang hari kiamat kelak. Karena dalil-dalil yang shahih tentang tanda-tanda kiamat kubra sebagaimana disebutkan dalam hadits Hudzaifah di antaranya adalah munculnya asap.

Kemarahan yang diucapkan oleh Ibnu Mas’ud di atas bukanlah karena beliau menafikan munculnya asap menjelang hari kiamat, tetapi karena beliau mengerti orang tersebut berbicara tanpa ilmu dengan mengatakan bahwa asap tersebut dapat membutakan mata dan memekakan telinga. Karena dalam riwayat lain, Ibnu Mas-’ud mengatakan ada dua asap, salah satunya telah terjadi dan yang lain akan datang menjelang hari kiamat.
alt
Situs yang terletak di puncak gunung dengan hutan belantara dekat kota Mulanay di Provinsi Quezon ini, dikatakan memiliki 15 peti mati dari batu kapur yang belum pernah ditemukan sebelumnya, menurut para pejabat.
Berdasarkan uji tes karbon yang dilakukan pada gigi manusia yang ditemukan di salah satu kuburan, kemungkinan desa itu setidaknya telah berusia sekitar 1.000 tahun, menurut pejabat Museum Nasional, Eusebio Dizon.

Sebuah laporan awal dari Museum Nasional menyatakan bahwa sejumlah arkeolog terkemuka telah menemukan "sebuah situs arkeologi yang kompleks dengan habitasi dan pemakaman tetap dari masa sekitar abad ke-10 hingga abad ke-14 ... ini merupakan jenis yang pertama kali di Filipina memiliki makam batu kapur berukir."


Temuan makam persegi panjang ini adalah sejarah penting karena merupakan indikasi pertama bahwa Philipina kuno mempraktikkan ritual penguburan lebih maju daripada yang diperkirakan para ahli sebelumnya. Penemuan ini juga menunjukkan bahwa adanya alat-alat logam yang digunakan dalam penyelesaian untuk mengukir peti mati.


Para arkeolog juga menemukan pecahan guci tanah, benda logam dan fragmen tulang monyet, babi hutan, manusia dan hewan lainnya dalam kuburan di hutan yang dilindungi pemerintah itu.


Temuan itu disambut baik masyarakat setempat. Kota pesisir Mulanay, dengan jumlah penduduk 50.000 orang,

sebelumnya dikenal sebagai medan pertempuran besar antara pasukan tentara dan pemberontak Marxis dari Tentara Rakyat Baru (NPA), namun walikota setempat berharap penemuan ini akan mengubah persepsi ini.

Walikota Mulanay, Joselito Ojeda, mengatakan "Sebelumnya, jika Anda mentionthis daerah, orang akan berkata 'Oh, itu negara NPA."


"Tapi masa itu adalah masa lalu dan sekarang kita dapat menghapus gambar itu dan situs arkeologi ini akan menjadi tumpuan besar," tambahnya.


Setelah arkeolog menyelesaikan pekerjaan mereka, petugas pariwisata Mulanay, Sanny Cortez berencana mengubah puncak Gunung Kamhantik menjadi taman ekowisata dan arkeologi.

Dibuat dari batuan luar angkasa langka yang disebut meteorit ataxite.

Patung Buddha dari meteor
Patung Buddha dari meteor (LiveScience| CREDIT: Elmar Buchner)

Ini kedengaran seperti plot Film Indiana Jones, namun tim peneliti Jerman mengatakan, patung Buddha berbobot berat, yang dibawa Nazi dari Eropa, adalah pahatan meteorit. Batu angkasa itu diduga jatuh ke bumi 10.000 tahun lalu di perbatasan Siberia dan Mongolia.

Patung Buddha dari luar angkasa itu juga dijuluki "
iron man" oleh para peneliti, tidak diketahui pasti usianya, meski estimasi terbaik saat ini, ia berasal dari suatu waktu antara abad ke-8 dan ke-10 Masehi.

Patung berukuran tinggi 24 cm dan berat 10,6 kilogram itu menggambarkan seorang pria, mungkin dewa dalam agama Buddha, dalam posisi duduk, memegang sesuatu benda di tangan kirinya. Di dadanya ada swastika, simbol keberuntungan yang kemudian dikooptasi oleh partai Nazi Jerman.


"Orang bisa berspekulasi, simbol swastika pada patung adalah motivasi untuk memindahkan artefak meteorit '
iron man' itu ke Jerman," tulis para peneliti dalam dalam jurnal online Meteoritics & Planetary Science.

"
Iron man" kali pertama sampai di Jerman setelah ekspedisi ke Tibet tahun 1938-1939 oleh seorang zoolog dan etnolog  Ernst Schäfer, yang dikirim Nazi untuk menemukan akar asal usul Arya. Patung itu berpindah tangan ke pemilik pribadi.

Peneliti Stuttgart University, Elmar Bucher dan koleganya kali pertama menganalisa patung itu pada tahun 2007, ketika pemiliknya mengizinkan ahli mengambil lima sampel kecil. Dua tahun kemudian, pada 2009, sampel yang lebih besar diambil dari bagian dalam patung, yang mengandung lebih sedikit kontaminasi cuaca dan sentuhan manusia.


Ilmuwan menemukan, patung itu dipahat dari batuan luar angkasa langka yang disebut
meteorit ataxite. Meteorit besi yang mengandung kandungan tinggi nikel. Meteorit terbesar yang pernah diketahui dari jenis ini adalah meteorit Hoba di Namibia, yang beratnya bisa mencapai lebih dari 60 ton.

Dari luar angkasa

Berdasarkan analisis kimia sampel "iron man", jenisnya mendekati hamparan meteorit yang ada di perbatasan Siberia dan Mongolia: Chinga.

Di Chinga, sedikitnya ditemukan fragmen 250 meteorit, kebanyakan relatif kecil, meski ada dua yang memiliki berat 10 kilogram. Para ilmuwan memperkirakan meteorit jatuh di sana sekitar 10.000 hingga 20.000 tahun lalu.


Chinga ditemukan kali pertama pada 1913, namun keberadaan patung tersebut membuktikan, orang di masa lalu menambang meteorit sebagai bahan membuat karya seni.


Siapa obyek patung itu belum diketahui, namun para ilmuwan menduga, ia mungkin dewa Buddha, Vaisravana yang juga disebut Jambhala.


Vaisravana adalah dewa kekayaan atau perang, ia sering kali digambarkan sedang memegang lemon, simbol kemakmuran, atau kantong uang di tangannya. Namun, apa sesungguhnya yang dipegang "
iron man" belum dipastikan.

Telah diketahui sebelumnya, bahwa sejumlah budaya menggunakan meteorit sebagai bahan keris, pedang, bahkan perhiasan. Dan persembahan dalam bentuk meteorit biasa dalam budaya kuno. Namun, dipahat dalam bentuk patung agama Buddha sangat unik.
"Patung Iron Man adalah satu-satunya figur patung yang dipahat dari meteorit," kata Buchner. Nilainya diperkirakan tak terhingga. (Sumber: Space.com, Live Science | umi)
Berbalik kepada topik kita, sebenarnya sudah ada kajian yang dibuat oleh para arkeologis barat dan dari negara jiran sendiri yang menunjukkan bahawa budaya piramid sebenarnya berasal dari Nusantara. Lebih tepat lagi ianya dikaitkan dengan sebuah benua yang telah tenggelam iaitu Sundaland. Sudah lama sebenarnya saintis-saintis barat mengeluarkan teori mereka mengenai Sundaland dan kebanyakan teori ini memang benar. Namun demikian sebahagian besar ahli-ahli arkeologi , geologi dan Sejarah aliran perdana masih meraguinya kerana menurut mereka ini semua pseudoscience dan arkeologi terlarang. Seperti yang kita tahu sebenarnya banyak penemuan arkelologis yang terpaksa dirahsiakan oleh kerajaan-kerajaan tertentu kerana ia bercanggah dengan teori-teori ilmuan perdana. Namun yang benar tetap akan tersingkap walau bagaimana carapun kita menutupnya bak kata orang Melayu bangkai gajah kalau ditutup akan berbau juga.
Di negara jiran kita Indonesia beberapa Ahli arkeologi dan geologi ternama mereka sedang giat untuk membuktikan bahawa sememangnya tanah Nusantara ini wujud sebuah ketamadunan purba yang tinggi teknologinya. Salah satu teknologi tamadun purba ini adalah pembinaan piramid. Professor Robert Schoch dalam kajian beliau ada menyatakan bahawa sebenarnya ilmu pembinaan piramid bukanlah asli dari Mesir tetapi sebaliknya milik bangsa yang lebih tua yang berasal dari timur di sebuah benua yang telah tenggelam. Menurut beliau lagi Sundaland yang tenggelam lebih kurang 70000 tahun yang lalu telah memperlihatkan penghijrahan satu kaum yang maju yang membawa ilmu pembinaan piramid ke serata dunia termasuklah Mesir.
Kajian yang dibuat beliau bukan sahaja menyetuh tentang bukti-bukti arkeologi tetapi juga bukti linguistik, antropologi, DNA, dan geologi. Oleh itu adalah sukar untuk menyangkal teori yang dibuat beliau tanpa pengetahuan dalam bidang-bidang tersebut. Tambah beliau lagi tamadun-tamadun utama dunia seperti Sumer, China, Bolivia, Peru dan lain-lain mendapat ilmu mereka dari orang-orang Sundaland yakni Nusantara. Menurutnya lagi manusia dari Sundaland ini mempunyai ilmu pelayaran yang hebat dan telah berlayar ke seluruh pelusuk dunia untuk menyebarkan tamadun mereka. Adakah anda pernah menonton filem 10 000 b.c? jika belum sila tonton kerana dalam filem itu ada maksud tersembunyi. Jika kita teliti betul-betul dalam babak akhir filem tersebut setelah kesemua hamba-hamba itu memberontak para penguasa yang mengarah untuk membina piramid tersebut cuba melarikan diri dengan sebuah kapal besar yang disembunyikan di belakang Piramid. Filem ini dengan jelas cuba memberi clue kepada kita bahawa Pembina piramid datang dari wilayah asing yang jauh.
Mungkin maklumat ini terlalu asing bagi kalian semua namun sebenarnya kenyataan Prof Robert ini ada asasnya. Seperti yang telah saya katakana Ahli-ahli arkelologi Indonesia sedang giat mencari piramid-piramid di seluruh Nusantara dan hasilnya mereka berjaya menemui beberapa buah piramid dan step piramid yang berusia beribu-ribu tahun lebih tua dari piramid Mesir! Salah satu tapak yang telah dikenal pasti oleh geologis dan arkelologis Indonesia ialah di gunung Lalakon, Bandung. Menurut mereka setelah mereka mengadakan unjian batuan secara saintifik mereka mendapati dibawah permukaan Gunung lalakon terdapat bentuk batu-batuan yang seakan-akan dibina manusia dan bukan terbentuk secara semulajadi. Jika ini benar bermakna Gunung Lalakon adalah salah satu piramid yang terbesar dan tertinggi di dunia. Pasukan yang digelar Turangga Seta ini mengklaim masih ada ratusan piramid lain yang tersebar di seluruh Indonesia. Mereka mengatakan bahwa piramid-piramid itu tersebar di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Secara geomorfologis, bentuk Gunung Lalakon di Bandung mahupun Gunung Sadahurip di Garut memang memiliki bentuk yang mirip dengan piramid. Mereka memiliki empat sisi yang ternyata simetri.
BENTUK GUNUNG LALAKON ADALAH TIDAK UBAH SEPERTI PIRAMID. MAMPUKAH ALAM SEMULAJADI MEMBENTUK PIRAMID SEBEGINI?
Adakah penemuan ini sama seperti penemuan di Bosnia. Saya juga mendapat maklumat bahawa penggalian di Bosnia telah dihentikan kerana kurang bukti ditemui dan dihalang oleh lembaga Arkeologi yang berpengaruh di dunia. Mengapa mereka betul-betul takut jika piramid ditemui di Bosnia atau di Indoneisa agaknya?
PUNDEN BERUNDAK DI JAWA BARAT YANG BERBENTUK PIRAMID
Selain daripada Gunung-gunung yang disebutkan diatas sebenarnya ada banyak lagi tapak lain terutama tapak megalitik di Indonesia yang mempunyai binaan berupa piramid dan step piramid. Antaranya ialah Candi Sukuh yang amat terkenal itu. Jika kita lihat betul-betul Candi ini tidak ubah seperti piramid kaum Maya dan Aztec di Amerika tengah! Selain Candi Sukuh satu lagi candi yang hampir serupa ialah Candi Cheto. Semua ini terletak di Pulau Jawa. Sebenarnya jika kita membuat kajian lebih mendalam ciri-ciri pembinaan candi-candi di Nusantara adalah amat unik. Hal ini kerana ianya berasaskan kepada binaan step piramid. Contoh yang paling nyata ialah candi Borobudur sendiri. Selain Borobudur candi-candi lain seperti Candi pasemah di Sumatera selatan dan Candi Prambanan terutama di bahagian atasnya yang melambangkan Gunung Mahameru juga mempunyai asas step piramid. Jadi pada pendapat saya adalah logik sekiranya kita katakan bahawa pembinaan piramid adalah tidak asing sebenarnya di Nusantara.
CANDI SUKUH SALAH SATU CANDI UNIK YANG BERBENTUK PIRAMID
CANDI CHETO JUGA BERBENTUK SEPERTI PIRAMID AMERIKA TENGAH
PUNDEN BERUNDAK, SALAH SATU TAPAK MRGALITIK BERBENTUK STEP PIRAMID
CANDI BORUBUDUR JUGA DIBINA DENGAN ASAS PIRAMID
Masjid kampung laut.
Masjid Minang.
Rumah kaum Melayu Merina di Madagaskar juga mengekalkan bentuk 3 segi dan piramid.
Para pengkalji dari UKM sendiri pernah membuat kesimpulan bahawa di sekitar Tasik Chini ada bukit-bukit yang berbentuk seperti piramid yang mempunyai empat bucu yang lurus. Tambahan lagi jika kita lihat senibina rumah-rumah Melayu di seluruh nusantara maka akan kita lihat tidak hilangnya tradisi piramid dalam masyarakat kita. Apakah yang saya maksudkan? yang saya maksudkan adalah senibina bumbungnya yang berbentuk piramid dan antara contohnya ialah Masjid kampung laut. Apakah semua ini? adakah benar piramid berasal dari Nusantara? Adakah benar Sundaland adalah Atlantis yang dicari-cari selama ini? Saya tinggalkan persoalan ini untuk anda semua fikirkan. Wallah hu a’lam.

TEORI TANAH PUNT

dapat menyimpulkan bahawa teori Punt di Nusantara adalah lebih kukuh berbanding dengan teori-teori lain. Pernah juga pendirian saya menjadi goyah apabila membaca tentang kajian-kajian dari sarjana luar yang cuba meletakkan Punt di kawasan mereka, namun setelah di illuminate oleh Cik Sri dan melakukan lebih banyak pembacaan akhirnya pencerahan itu datang juga. Seperti yang saya katakan, setelah membaca artikel Cik Sri saya berusaha untuk membuat rujuk banding dan tidak menerima bulat-bulat dengan penulisannya. Saya bertuah kerana mempunyai akses terhadap perpustakan Universiti yang banyak menyimpan karya-karya sejarawan dari seluruh dunia. Bila ada masa terluang maka disitulah tempat saya bertapa. Salah satu buku yang telah dibaca saya adalah karya Sir Thomas Stamford Raffles, The History of Java. Buku ini telah terlalu lama berada dalam pandangan mata saya. Setiap kali masuk library saya pasti akan ternampak buku yang agak besar dan tebal ini.
Namun sebelum membaca penulisan Cik Sri, seingat saya hanya sekali sahaja saya pernah membaca buku ini itupun tidak habis, sekadar mencari bahan untuk menyiapkan kertas projek. Setelah membacanya semula, saya menemui kenyataan yang amat menarik ditulis oleh Raffles. Beliau menyatakan bahawa sememangnya ada petunjuk yang menyatakan bahawa terdapatnya pertapakan masyarakat Mesir purba di kawasan kepulauan Melayu atau Nusantara. Melalui kajian yang dilaksanakan beliau dengan mengumpul sumber-sumber lisan daripada pelbagai suku kaum rumpun Melayu di Nusantara ini, ada diantaranya yang menyatakan bahawa nenek moyang mereka telah berlayar dari Laut Merah dan mengembara ke Alam Melayu beribu-ribu tahun dahulu. Tambah beliau lagi ianya mungkin berlaku dikala Alam Melayu atau Nusantara ini masih sebuah daratan besar dan bercamtum. Ini bermakna jika penghijrahan ini benar-benar berlaku berkemungkinan besar ia berlaku pada penghujung zaman Pleistosien kalau tak silap saya lebih kurang 10 ke 8 ribu tahun yang lampau. Adakah ini benar? Pendapat Raffles ini patut dikaji dengan lebih teliti oleh sarjana zaman sekarang.
Selain itu menurut Raffles masyarakat yang berhijrah dari Mesir melalui laut merah tersebut adalah daripada pelbagai jenis suku yang masing-masing ada pegangan atau kepercayaan yang berbeza diantara satu sama lain. Di Nusantara mungkin mereka berpecah dan membentuk pelbagai suku rumpun Melayu yang mempunyai pelbagai corak kehidupan atau adat yang berbeza. Jika ini benar pada pendapat saya mereka ini juga mempunyai satu bahasa yang sama pada asalnya. Dan bahasa inilah yang dikelaskan sebagai bahasa Austronesia atau Melayu yang masih wujud sekarang. Secara peribadi saya sememangnya lebih berat untuk menyebelahi teori ini, kerana sebagai seorang Islam kita seharusnya sudah tahu bahawa the cradle of human civilization adalah di timur tengah. Di situlah Adam dan Hawa beranak pinak dan dari sana jugalah keturunan mereka menyebar keseluruh dunia. Oleh sebab itu saya kurang setuju dengan teori-teori yang menyatakan bahawa kita berasal dari Yunnan, Asia tengah, Afrika atau memang berasal dari Nusantara. Bangsa kita sebenarnya sudah tua saudara-saudara sekalian…ya, sudah tua. Kita bukan bangsa baru yang tak tahu mana hujung pangkal macam bangsa Sam-Sam Merong Maha Prasad, kita bangsa tua yang pernah mengecapi dan melalui tamadun-tamadun silam sejak zaman Nabi Idris mungkin (?)
Baiklah, berbalik kepada isu kita mengapa saya katakan teori Tanah Punt di Nusantara adalah lebih kukuh berbanding teori lain. Bagi pengetahuan anda semua, penulisan saya ini sebahagian besarnya adalah hasil pembacaan daripada kajian Prof Charles Robert Jones. Jadi saudara-saudari sekalian sekali lagi saya tegaskan ini bukan Hikayat Dongeng Doraemon Tahap Gaban, tetapi adalah hasil daripada kajian Ilmiah oleh pakar dalam bidang yang sepatutnya. Rekod Mesir purba menyatakan dengan jelas bahawa Tanah Punt terletak dibahagian timur Mesir. Untuk lebih jelas lagi anda boleh membaca sendiri The Egyptian Book Of The Death yakni sebuah buku sihir Mesir purba yang merupakan salah satu barang ritual terpenting dalam upacara pemakaman Firaun. Dalam buku ini ada menyatakan bahawa Punt bukanlah sebuah negeri sahaja tetapi adalah sekumpulan beberapa buah negeri atau kawasan di sebelah timur. Namun begitu tidak dijelaskan secara tepat dimana letaknya Punt tersebut.
Sebuah lagi karya Mesir purba yang ada menyebut tentang Punt adalah The Shipwrecked Sailor. Dalam karya ini ada dinyatakan bahawa raja Punt adalah pemerintah kawasan Pulau dan bukan sebuah daratan besar seperti Afrika mahupun Amerika. Ukiran di dinding kuil ratu Hatshepsut ada menunjukkan bahawa Punt terletak dikawasan persimpangan jalan perdagangan beberapa tamadun besar dunia. Kenyataan ini mengukuhkan lagi teori Nusantara kerana Nusantara sememangnya berada di persimpangan jalan perdangangan beberapa tamadun besar seperti India dan China!
Kuil Ratu Harshepsut
Ukiran kuil tersebut juga ada memaparkan barang dagangan dari Punt , antaranya ialah kemenyan dan emas. Punt dikatakan kaya dengan ‘asem’ . Asem adalah panggilan orang Mesir purba terhadap sejenis bongkah emas yang berbentuk bulat seperti donut yang merupakan produk Punt sendiri. Hal ini bermakna Punt adalah sebuah pusat perdagangan yang besar dan penting pada zaman tersebut. Selain itu perkataan ‘asem’ atau gegelang emas Punt lansung tidak dapat dikaitkan dengan teori-teori lain kerana setelah dikaji, Charles Jones mendapati tidak ada perkataan asem dalam bahasa-bahasa lain, namun perkataan asem ada dalam bahasa Melayu! Asem merujuk kepada sifat logam iaitu asid atau berasid yakni masam. Menurut Charles Jones emas pada zaman dahulu juga dipanggil sebagai asem oleh masyarakat Nusantara kerana sifat logam tersebut (E-mas+sam=masam). Sehingga hari ini dalam bahasa indonesia perkataan asid diganti dengan asam contohnya asam nitric ,asam hidrokloric dan sebagainya. Teringat saya kepada seorang pengamal perubatan alternatif yang pernah memberitahu saya bahawa ada hikmahnya mengapa Allah melarang lelaki memakai emas. Menurutnya emas sifat semulajadinya adalah sangat asid atau masam, ianya boleh menjejaskan kesihatan lelaki terutama kesihatan seksual. Badan lelaki tidak dapat meneutralkan asid pada emas berbanding badan wanita katanya.
Adakah begini rupa bentuk gegelang emas atau Asem yang diperdagangkan oleh pendudul punt dengan Mesir?
Atau begini bentuknya?
Tambahan lagi, teori Nusantara juga lebih kukuh adalah kerana faktor masa. Apa yang saya maksudkan adalah masa perjalanan ekspedisi perdagangan kapal ratu Hatshepsut ke tanah Punt. Mengikut catatan Mesir purba, tujuan utama pelayaran tersebut adalah untuk menerokai kawasan-kawasan luar Mesir dan juga untuk berdagang. Hatshepsut telah mendapat arahan daripada tuhannya Amon melalui Oracle atau perantara ( samaada kebetulan atau tidak dalam upacara Oracle consultation atau “menurun” ini antara ritual utamanya adalah pembakaran kemenyan…adakah anda pernah melihat bagaimana bomoh atau dukun-dukun Nusantara menurun? Apakah yang mula-mula mereka lakukan? YA..membakar kemenyan) yang menyuruhnya menjalankan eksplorasi perdagangan tersebut sebagai menunjukkan ketaatannya kepada tuhan sebagai pemerintah baru. Setelah sampai ke tanah Punt , wakil Ratu Hatshepsut iaitu Nehesi telah bertemu dengan pemerintah Punt yang bernama PEREHU. Pernah dengar nama ini? Macam pernah je kan? Adakah kebetulan nama Perehu ini sama dengan panggilan orang Melayu terhadap kenaikan air mereka iaitu Perahu?Nak tahu baca ATBM…:)
Bomoh sedang membakar kemenyan.
Pembakaran kemenyan oleh masyarakat Mesir purba.
Kapal dagang ratu Mesir tersebut telah kembali semula dengan selamat pada tahun ke Sembilan pemerintahan baginda. Tempoh waktu yang begitu lama diambil oleh pasukan ekspedisi ini untuk berlayar pergi dan balik dari tanah Punt adalah mustahil sekiranya tanah Punt adalah di Afrika seperti satu teori yang menyatakan bahawa ianya berada di Somalia atau Eritrea. Somalia dan Eritrea adalah sebuah negeri yang amat dekat dengan Mesir. Malahan Hatshepsut tidak perlu susah-susah hendak menyediakan kapal dagang yang serba canggih pada zaman tersebut untuk berlayar ke Somalia atau Eritrea, cukup sekadar berjalan kaki atau berkuda dan berkeldai sahaja boleh sampai. Malahan tidak perlu sampai bertahun-tahun perjalanannya! Selain itu jika benar tanah Punt adalah somalia atau Eritrea ianya tidak mungkin menjadi sebuah upacara khas yang memerlukan konsultasi daripada Oracle, kerana hubungan perdagangan diantara Mesir dengan negara-negara Afrika yang lain adalah perkara biasa dan memang sentiasa berjalan sejak zaman berzaman sebelum pemerintahan Hatshepsut lagi.
Lihat jarak dan kedudukan Somalia dan Eritrea serta Yaman. Ianya sangat dekat dengan Mesir dan tidak memerlukan masa yang terlalu lama untuk berlayar kesana.
Nehesi bertemu dengan Raja Perehu dan Permaisuri Hati.
Selain faktor masa, faktor jarak juga menjadi satu lagi petunjuk. Pada zaman pertengahan, kapal-kapal Pak Arab dari Oman dan Yaman sering berlayar sejauh empat ribu batu nautika ke Sumatera dalam tempoh masa 55 hari sahaja. Kapal-kapal Arab ini adalah diperbuat daripada kayu yang dijalin dengan tali. Dengan tiga buah layar, kapal ini mampu untuk berlayar dan mengharungi ombak besar dilautan luas dan angin yang tidak menentu di lautan Hindi dan laut China selatan. Perjalanan balik kapal-kapal ini mungkin telah melalui kepulauan Maldives sehingga sampai ke pesisir pantai Somalia dengan mengikut arus laut. Oleh sebab itu adalah tidak mustahil sekiranya kapal Mesir purba memerlukan masa yang lebih lama untuk sampai ke Nusantara terutama jika kita perkirakan teknologi perkapalan pada zaman tersebut yang mungkin terkebelakang sedikit berbanding kapal tiga layar buatan kayu yang dimiliki oleh pak-pak Arab pada zaman pertengahan. Jadi, masa beberapa tahun itu adalah munasabah sekiranya kita kira waktu mereka berada di Tanah Punt atau singgah dimana-mana tempat lain atau samaada mereka meneruskan perjalanan sehingga ke penghujung Nusantara yakni sehingga ke Maluku atau pesisir pantai utara Australia mungkin. Hal ini kerana terdapatnya jumpaan tulisan Hieroglif Mesir purba terukir di celah-celah batu di Australia. Namun itu cerita lain, saya tidak mahu menyentuh banyak mengenainya. Biar cik xxx yang arif menyentuhnya…;)
Dhow Arab
Jika kita bandingkan kapal Mesir purba yang berlayar ke tanah Punt dengan kapal pedagang arab pada zaman pertengahan, maka sudah tentu kalah kapal Mesir. Kapal Mesir purba yang dihantar oleh Hatshepsut tersebut adalah diperbuat daripada kayu tetapi hanya mempunyai sebuah layar sahaja. Kapal yang digunakan oleh orang Mesir purba ini adalah contoh prototaip kapal awal yang sama pembuatannya dengan kapal zaman logam akhir. Oleh sebab itu keupayaanya untuk bergerak dengan lebih laju adalah terbatas. Ini dapat menjelaskan tempoh masa yang begitu lama diambil untuk perjalanan pergi balik dari Mesir ke Punt.
Replika kapal Mesir Purba
Namun saya pasti ada diantara anda diluar sana yang masih ragu-ragu dengan kenyataan ini. Masakan orang Mesir Purba yang hidup beribu tahun dahulu boleh berlayar dengan selamat beribu-ribu batu, ahhh!…tak percayalah aku! Orang dulu mana reti buat semua bende tu…otak diorang tak setaraf otak orang zaman moden. Otak kitakan lebih kompleks dan lebih berkembang, otak depa masih ditahap primitive! Mana boleh mencipta kapal yang hebat dan canggih…karut aje. Adakah begitu fikiran anda?…:)
jika beginilah anggapan anda , bermakna anda bersetuju dengan teori evolusi Darwin. Nampaknya pemikiran anda telah terperangkap dengan pensekularan ilmu THH. Ini sangat bahaya, terutama kepada kita orang Islam. Kita sebenarnya memperkecilkan ciptaan Allah jika kita menganggap orang zaman dahulu adalah primitif dan bodoh. Kita seolah olah menghina nabi-nabi terdahulu dan umat Mereka. Adakah kita tahu dan melihat sendiri bahawa mereka itu primitive dan otaknya tidak berkembang. Dengan izin Allah mungkin pada zaman dahulu sudah ada orang yang menjumpai tenaga eletrik dan mencipta mentol lampu sebelum Thomas Edison. Dengan izin Allah juga mungkin sudah ada manusia zaman purba yang telah mencipta kereta hybrid, kapal terbang, enjin wap, microwave, senjata nuclear, mahupun roket.
Adakah anda tidak percaya dengan kekuasaan dan kebijaksanaan Allah? Untuk pengetahuan anda , sebahagian besar daripada ciptaan-ciptaan hebat pada zaman moden adalah hasil daripada kebetulan dan trial and error. Adakah anda menganggap kebetulan ini tidak boleh berlaku pada zaman silam? Mungkin pada 5 ribu tahun dahulu Mak Cik Ati sedang memasak gulai tetapi secara kebetulan dia tersalah bubuh bahan maka jadilah Botox, maka gembiralah Mak cik Ati dengan penemuan barunya kerana nak kelihatan muda dan bergetah, lalu dijamahnya semua botox tersebut sehinggakan seluruh badan jadi tembam dan menggeleber…:) Mungkin juga Pak Cik Perahu tengah bermain Wau tetapi kemudian secara kebetulan petir menyambar Waunya lalu mengalir arus eletrik ke badannya kerana dia memakai Potoh Naga di lengan, maka tahulah dia akan arus eletrik yang dialirkan logam…:)
Permaisuri Hati yang tembun…:)
Mungkin juga memang semua kemajuan teknologi yang kita sedang kecapi sekarang sememangnya pernah digunakan oleh manusia pada zaman purba tetapi tidak meluas. Mungkin hanya satu dua orang sahaja yang tahu. Mungkin juga kerana manusia-manusia bijak yang mencipta pelbagai teknologi tersebut telah dimusnahkan Allah. Ini semua tidak mustahil tuan-tuan sekalian. Semuanya dengan izin Allah.
Geografi Nusantara juga saudara-saudari sekalian, adalah bersesuaian dengan diskripsi tentang tanah Punt. Hasil bumi Nusantara kebanyakannya dapat kita lihat dalam senarai barangan yang diperdagangkan dengan orang Mesir purba di Punt. Satu daripada barang terpenting yang mendapat permintaan tinggi para pedagang Mesir purba adalah Anti atau kemenyan Punt. Untuk pengetahuan anda ukiran di dinding Kuil Ratu Hatshepsut ada memperincikan tentang kemenyan dan pokoknya sekali. Setelah dikaji oleh para sarjana, di dapati bahawa pokok kemenyan Punt adalah tidak sama seperti pokok kemenyan dari Afrika mahupun Yaman. Kemenyan Afrika adalah dari jenis Bosweilia yang memang banyak di kawasan Afrika dan Yaman. Jadi kemenyan tersebut adalah kemenyan biasa yang memang telah digunakan lama oleh masyarakat Mesir purba, mungkin juga ada ditanam di belakang rumah mereka macam kita tanam serai…:) tetapi mengapa dalam gambar ukiran di kuil tersebut para pengunjung Punt beria-ia mahu membeli kemenyan Punt dan lansung membawa anak pokoknya sekali untuk dibawa balik ke Mesir?
Kru kapal Mesir sedang mengangkut barang dagangan dari Punt untuk dibawa pulang ke Mesir
Ini membuktikan bahawa kemenyan Punt bukanlah kemenyan sembarangan! Ia adalah kemenyan yang sangat berharga. Oleh sebab itu tidak mungkin Punt berada di Afrika kerana tidak ada kemenyan jenis sebegitu wujud di sana. Namun demikian kemenyan yang dipaparkan dalam ukiran itu memang wujud di Nusantara, terutama di Sumatera! Selain kemenyan ada banyak lagi barang dagangan Punt yang memang boleh didapati di Nusantara seperti gading gajah, kayu keras, gaharu, cendana, kayu Manis, kulit kura-kura, rempah ratus, bijih emas dan lain-lain.
Pokok kemenyan jenis ini banyak didapati di Afrika dan Yaman. Bentuknya berbeza dari lakaran pokok kemenyan Punt.
Di atas adalah kenyenyan jenis Lubban Jawi yang menjadi rebutan para Firaun Mesir. Pokoknya rendang dan tinggi berbanding kemenyan Yaman.
Digambarkan juga bahawa penduduk Punt mempunyai pelbagai ragam warna kulit dan puak. Ada diantaranya yang berkulit gelap, ada yang berkulit kemerah-merahan dan ada yang berkulit perang kekuningan. Diskripsi ini lebih mengukuhkan lagi teori Punt di Nusantara kerana demografi Nusantara memang mempunyai diversiti pingmentasi kulit yang pelbagai. Ada puak asli seperti Negrito yang hidup dalam hutan tebal berkulit gelap dan berhidung pesek seperti puak Afrika, ada puak yang berkulit kemerah-merahan mungkin orang Melayu yang berjemur di tengah sawah atau disebabkan aktiviti kelautan. Ada juga yang berkulit kekuningan yang mungkin menunjukkan suku-suku Melayu yang tinggal di kawasan tanah tinggi dan bukit-bukau seperti orang Minang, Kerinci dan Rejang yang kulitnya agak cerah termasuk juga orang Iban dan Dusun. Tambahan lagi ada diantara mereka yang berjanggut, ada yang tidak, malahan cara berpakaian mereka juga sedikit berbeza diantara satu sama lain. Tetapi adalah agak sukar untuk saya gambarkan demografi sebegitu di Afrika terutama di Somalia dan Eritrea kerana hampir kesemua penduduknya berkulit hirang (Bahasa banjar…hehe) . Ini termasuklah yang tinggal di kawasan tanah tinggi seperti di Etheopia.
Diatas adalah ukiran dinding yang menggambarkan rupa paras penduduk Punt.
Sesetengah unsur kebudayaan yang dipaparkan mengenai Punt dalam ukiran-ukiran Mesir purba juga adalah bertentangan dengan unsur kebudayaan Afrika tetapi lebih mirip kepada unsur kebudayaan Melayu. Telah dikenalpasti bahawa gelang dan rantai yang dipakai oleh Perehu raja Punt juga turut dipakai oleh beberapa puak di Afrika timur. Namun demikian menurut kajian yang telah dijalankan, puak-puak Afrika yang memakai gelang dan potoh seperti Perehu tersebut sebenarnya telah mendapat pengaruh daripada satu budaya dan tamadun lain. Anda tahu dari mana mereka mendapat pengaruh pemakaian gelang ini? Mereka sebenarnya telah mendapatnya daripada kita, iaitu suku rumpun Melayu. Mungkin anda tertanya bagaimana pulak kita boleh mepengaruhi puak-puak Afrika tersebut? Jawapannya ada di Pulau Madagaskar! Bagi anda yang tidak tahu, sebenarnya kajian tentang kolonialisasi bangsa Melayu terhadap kepulauan Madagaskar sebenarnya telah diterima ramai sarjana Barat dan tempatan. Sejak beribu-ribu tahun dahulu didapati berlakunya peghijrahan suku kaum Melayu dari Nusantara ke pulau Madagaskar dan pantai Timur Afrika. Jika teori ini telah diterima, mengapa susah sangat untuk kita terima bahawa orang Melayu telah sampai ke Mesir atau orang Mesir telah sampai ke Nusantara? Jarak diantara Mesir dengan pantai Timur Afrika atau Madagaskar bukan pun jauh sangat jika dibandingkan dengan jarak perjalanan dari Nusantara ke Madagaskar. Cuba anda fikirkan.
Di Madagaskar ada satu puak yang dominan menguasai pemerintahan walaupun mereka bukan majoriti sejak beribu-ribu tahun. Nama puak itu adalah Malagasy. Puak Malagasy sebenarnya adalah keturunan para penghijrah Nusantara beribu-ribu tahun dahulu. Bahasa mereka masih mengekalkan beberapa ciri bahasa Melayu. Dan jika anda masih sangsi lagi dengan supremasi Ruling Class Melayu, mereka boleh dijadikan contoh yang nyata. Puak Malagasy adalah kaum pertama yang mewujudkan sistem pemerintahan berpusat atau bernegeri di Madagaskar dan mereka bertindak sebagai pemerintah atau Lord kepada puak-puak Afrika kulit hitam lain yang terdapat di pulau tersebut. Mereka bukan sahaja memperkenalkan pemakaiian gelang dan potoh kepada puak-puak Afrika, malahan juga memperkenalkan tanaman ubi keledek, pisang, kelapa dan padi kepada masyarakat di Afrika Timur, tak lupa juga permainan Congkak serta alat musik.
salah seorang Ratu Madagaskar Dinasti Merina Malagasy, Ranavalona II.
Tambahan lagi rantai yang dipakai oleh isteri Perehu iaitu Hati mempunyai banyak persamaan dengan rantai-rantai yang dipakai oleh suku kaum di Nusantara terutama di Borneo seperti Iban dan Dusun. Malahan sebenarnya rantai itu ada mirip bentuk rantai yang dipakai oleh pengantin Melayu. Ditambah lagi dengan pemakaian senjata yang disisip di pinggang Perehu. Saya tidak mahu membuat spekulasi bahawa ianya Keris, namun cara pemakaian senjata sebegini sebenarnya tidak dipraktikkan oleh Masyarakat Mesir purba mahupun Afrika. Anda Nampak sekarang apa yang cuba disampaikan :) Selain itu dalam pemerhatian saya, ada satu lagi kelainan yang terdapat pada lukisan orang-orang Punt di dinding-dinding kuil Mesir purba. Jika dilihat dengan teliti semua orang Punt mempunyai lilitan di kepala mereka dan ini termasuklah dengan Permaisuri Hati. Tambahan lagi ramai daripada pengikut Hati dan Perehu yang berada di belakang dalam ukiran tersebut memakai rantai dan gelang. Rantai- rantai itu seperti juga yang dipakai oleh Hati dan Perehu mempunyai cantuman-cantumah berbetuk bulat. Adakah anda perasan bahawa semua suku kaum Rumpun Melayu di Nusantara ini pasti mempunyai headgear atau lilitan kepala masing-masing! Yang Melayu dengan tengkolok dan semutarnya, yang Jawa dengan blangkonnya yang Dayak, iban dan banyak lagi suku-suku lain dengan ikatan manik dan sebagainya. Cara ikatan yang diperlihatkan dalam ukiran tersebut juga jelas menunjukkan ia adalah sejenis fabrik atau sesuatu yang boleh lentur. Hal ini kerana kita dapat melihat ada simpulan dibelakang kepala mereka yang menunjukkan ianya diikat di kepala.
Perhatikan rantai yang dipakai Permaisuri Hati dan juga lilitan kepala para pengikut mereka di belakang. Dalam lakaran yang sama juga ada dipaparkan Asem atau gegelang emas Punt yang menjadi barang dagangan utama tanah Punt dengan Mesir.
Perhatikan perhiasan suku kaum Dusun ini. sebahagian besar daripada perhiatan mereka adalah diperbuat daripada kepingan-kepingan logam berbentuk bulat seperti yang dipakai Hati.
Lihat pula rantai yang dipakai wanita suku kaum Rejang ini.
Perhiasan suku kaum di Sabah.
Senibina rumah penduduk Punt juga memberikan petunjuk bahawa Afrika bukanlah tanah misteri tersebut. Rumah Punt berbentuk agak pelik bagi masyarakat Afrika dan Mesir. Namun demikian ia bukanlah bentuk yang asing di Nusantara. Rumah Punt berbentuk circular atau bulatan. Sememangnya ada puak-puak di Afrika yang mempunyai rumah sebegini, namun yang membezakan rumah Punt dengan rumah Afrika adalah ianya mempunyai kaki atau tiang-tiang tinggi dibawahnya seperti kebiasaan rumah-rumah Melayu. Lantainya pula diperbuat daripada papan dan tinggi tiangnya dikatakan lebih kurang 6 kaki. Atap rumah dijangkakan diperbuat daripada daun-daun yang seakan-akan buluh. Rumah ini juga ada tangga yang menuju ke pintu rumah yang kecil. Anda boleh menjumpai rumah-rumah sebegini dengan banyak di Nusantara walaupun mungkin segi empat.Tetapi ciri-ciri lain seperti bertangga dan tingginya enam kaki adalah indikasi yang besar menunjukkan bahawa ia sejenis rumah Melayu awal. Memang kebanyakan rumah Melayu, 6 kaki adalah ukuran standart yang membolehkan orang melakukan aktiviti dibawahnya. Malahan jika anda pergi ke Maluku dan Papua atau ke pulau-pulau terpencil di Indonesia anda sebenarnya masih dapat melihat rumah berbentuk bulatan sebegini. Menurut sarjana barat, bentuk rumah sebegini adalah prototaip rumah tertua di Nusantara.
Rumah Punt.
Adakah secara kebetulan Rumah suku Bidayuh adalah satu-satunya rumah suku kaum di Borneo yang berbentuk bulat? Lihat beberapa persamaan diantara rumah suku Bidayuh ini dengan rumah Punt.
Rumah suku kaum di Sumbawa.
Di atas adalah rumah suku kaum di Papua.
Satu ukiran purba di makam seorang pegawai kepada Firaun Thutmose III yang bernama Min ada memaparkan lawatan pelayar dari Punt yang datang ke Mesir menggunakan sejenis kenaikan air atau bot yang aneh. Ada dikalangan sarjana yang membuat spekulasi bahawa ianya adalah sejenis rakit namun dakwaan itu kabur. Berkemungkinan ianya diakibatkan daripada kesilapan pelukis atau pengukir dinding tersebut. Mungkin pelukis itu tidak pernah melihat sendiri bagaimana rupa bentuk sebenar kapal tersebut dan hanya memberikan gambaran kasar. Mungkin juga lukisan itu berbentuk satu dimensi. Apa yang dilihat mungkin berbeza dari reality sebenar. Dari kajian yang dilakukan oleh Charkes Jones, beliau mendapati ciri-ciri kapal tersebut adalah sama dengan rupa bentuk perahu orang Melayu Nusantara. Bentuk layarnya juga adalah sama seperti layar perahu Melayu awal yang pernah digunakan oleh nenek moyang kita untuk mengembara keseluruh kepulauan Melayu dan Pasifik.
Diatas adalah lakaran kapal dari Punt yang datang ke Mesir.
Last but not least, bukti yang menunjukkan bahawa sememangnya ada kesinambungan hubungan diantara Melayu Nusantara dengan Masyarakat Mesir purba adalah dengan jumpaan tulisan-tulisan purba yang lansung tidak diketahui dari mana asal usulnya di beberapa tempat di Nusantara. Jika anda membaca buku History of Java tulisan Stamford Raffles maka anda akan menemui salinan daripada transkrip batu-batu bersurat serta manuskrip purba yang dijumpai oleh beliau. Apa yang menariknya adalah sebahagian besar daripada tulisan-tulisan ini adalah tidak boleh dibaca sehingga sekarang. Ada sarjana yang berpendapat bahawa tulisan-tulisan tersebut adalah tulisan Sanskrit atau Pali. Namun setelah disuakan kepada pakar tulisan Sanskrit dan Pali mereka juga mengatakan bahawa ia bukan tulisan tersebut. Malahan aksaranya berlainan sekali dengan aksara-aksara keindiaan yang banyak mempengaruhi tulisan-tulisan Melayu klasik seperti Kawi dan Jawa Kuno. Apakah jenis tulisan itu? Mengapa ia begitu misteri sekali sehinggakan pakar-pakar bahasa di London tidak dapat menafsirkannya?
Diatas adalah tulisan misteri yang dipaparkan dalam buku Raffles. Terdapat banyak ciri Phoenecian dalam karakternya.
Setalah dikaji oleh pakar-pakar bahasa dan termasuk Charles Jones sendiri, maka telah dapat dikenalpasti bahawa tulisan-tulisan tersebut sebenarnya adalah dalam kategori tulisan Phoenecia dan ibrani kuno. Apa yang menggemparkan para sarjana ini adalah tulisan rencong yang digunakan oleh suku Rejang, Kerinci dan Melayu Jambi juga mempunyai persamaan yang sangat banyak sekali dengan tulisan Phoenecia dan Ibrani kuno. Kajian yang dibuat mengenai tulisan-tulisan suku-suku Melayu Sumatera yang lain juga seperti suku Batak turut mendapati ianya berada dalam kelompok yang sama iaitu Pheonecian. Bagaimana tulisan orang Pheonecian yang bertapak di kawasan Syria, Palestin, dan Lebanon boleh berada beribu batu jauhnya di Nusantara? Menurut Charles Jones, 15 daripada aksara misteri yang dipaparkan dalam buku raffles tersebut adalah berada dalam variasi aksara Phonecian.
Aksara Rejang.
Dalam buku yang sama juga Raffles ada memaparkan tulisan purba misteri yang berbentuk Demotic. Charles Jones telah membandingkan tulisan misteri berbentuk Demotic tersebut dengan tulisan Demotic Mesir purba dari kurun ke 3 hingga ke 7 sebelum Masihi. Hasilnya adalah amat mengejutkan! Sembilan belas daripada aksara tulisan misteri tersebut adalah sepadan dengan sistem aksara Demotic Mesir Purba! Semua ini jelas menunjukkan bahawa sememangnya suatu ketika dahulu para pedagang dan pelaut dari Mesir purba dan negeri-negeri berdekatan dengannya terutama Pheonecian pernah sampai ke Nusantara dan berinteraksi dengan orang Melayu purba. Malahan bukan itu sahaja, pelaut dan pedagang dari tanah Punt atau Nusantara juga pernah sampai ke Mesir dengan kapalnya sendiri. Ini belum lagi jika saya kemukakan kajian-kajian daripada pakar-pakar bahasa seperti Jaspen yang berjaya menemui banyak perkataan-perkataan Mesir purba dalam kosakata bahasa Melayu Rejang dan Melayu Standart, contohnya Mata Hari atau Maat Heru, Baal atau Bala, prah atau perahu dan banyak lagi. Untuk maklumat lanjut mengenai kajian ini sila baca ATBM sahaja ok…:)
Tulisan misteri yang dijumpai di Indonesia yang mempunyai banyak persamaan dengan tulisan Demotic Mesir Purba.
Di atas adalah contoh tulisan Demotic daripada sebuah manuskrip Mesir purba. Cuba anda padankan mana-mana aksara yang berbentuk hampir serupa dengan tulisan misteri sebelumnya.
Satu lagi tulisan misteri yang dijumpai di Bogor yang mempunyai ciri-ciri tulisan Phoenecian dan Demotic.
Secara kesimpulannya kajian-kajian yang telah dikemukakan ini sekaligus mengukuhkan lagi teori yang menyatakan bahawa Tanah Punt adalah berada di Nusantara. Jika ini benar , bermakna leluhur tamadun Mesir purba juga berkemungkinan berasal dari Nusantara kerana menurut Masyarakat Mesir purba, nenek moyang mereka berasal dari Punt dan Tuhan-tuhan mereka juga berasal dari Punt, seperti Horus, Osiris, Seth dan Isis. Mereka percaya bahawa tuhan-tuhan mereka ini pada suatu masa dahulu adalah manusia biasa. Adakah mereka ini berbangsa Melayu Nusantara? Wallah hu a’lam.

Sample Text

Follow Us on Facebook



JOIN WITH US

Popular Posts